Manaqib Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan Ba’Alawi Al-Husaini

Telah menceritakan kepada kami [Abu An-Nadhir] berkata; telah menceritakan kepada kami [Muhammad] yaitu Ibnu Thalhah- dari [Al- A’masy] dari [’Athiyyah Al-’Aufi] dari [Abû Sa’îd Al-Khudri] dari Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, Beliau bersabda: “Sungguh hampir saja aku dipanggil dan aku menjawabnya, dan aku telah tinggalkan untuk kalian dua perkara; kitabullah ’Azza Wajalla dan Itrahku, kitabullah adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan Itrahku dari ahli baytku, dan Allah telah mengabarkan kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah hingga mereka berkumpul di telaga, maka perhatikanlah aku, kenapa kalian menyelisihi keduanya?.” (HR. Ahmad)

Hadist Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Hadist No. 10707.

Ibnu Hâjar Al-Asqâlani meriwayatkan bahwa Rasûlullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, Bersabda: “Semua nasab akan terputus, kecuali nasabku, dan sebabku atau periparan denganku”.

Ibn Hâjar Al-Asqalani, Talkhîs Al-Khabîr, Volume 3, hlm. 143.

Silsilah Nasab Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan

Sayyidina wa Maulana Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menikah dengan Sayyidatuna Khadijah ‘Ummul Mukminin Binti Khuwailid, wafat di Madinah 12 Rabiul Awwal 11 H, memiliki anak, yaitu: Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra Al-Batul, menikah dengan Al-Imam Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah bin Abi Thalib, wafat di Madinah 634 M, memiliki anak, yaitu: Al-Imam Sayyidina Husain, menikah dengan Syaharbanu (Putri Kaisar Yazdigird, Kaisar terakhir Sasaniyah, Persia), Wafat di Karbala Iraq 64 H/680 M, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Zainal Abidin, menikah dengan Syarifah Fathimah Binti Al-Imam Sayyidina Hasan bin Ali Karomallahu Wajhah Bin Abi Thalib, Wafat di Baqi’ Madinah 93 H/713 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad Al-Baqir, menikah dengan Ummu Farwah Binti Qasim Bin Muhammad Bin Al-Imam Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq, Wafat di Baqi’ Madinah 114 H/731 M, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ja’far ash-Shadiq, menikah dengan Syarifah Fathimah Binti As-Sayyid Husain Bin Al-Imam As-Sayyid Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Sayyidina Husain bin Al-Imam Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah Bin Abi Thalib, Wafat di Baqi’ Madinah 148 H/765 M, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, menikah dengan Ummu Walad, Wafat di Al-‘Uraidh Madinah 210 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad An-Naqib, menikah dengan Ummu Isa, wafat di Bashrah, Tahun 243 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, menikah dengan Ummu Ahmad, wafat di Bashrah (Iraq), Tahun 298 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir, menikah dengan Zainab binti As-Sayyid Abdullah Bin As-Sayyid Hasan bin As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, wafat di Hasys, Yaman, Tahun 345 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah, menikah dengan Ummul Banin Binti Muhammad bin Isa bin Muhammad Bin Al-Imam As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, wafat di Sumal, Yaman, Tahun 383 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Al-Mubtakir, menikah dengan Ummu Muhammad, Wafat di Hadramaut Yaman 400 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad, menikah dengan Ummu ‘Alawi, Wafat di Bayt Jubair, Yaman 446 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Baytu Jubair, menikah dengan Ummu Ali, Wafat di Bayt Jubair Yaman 512 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Khali’ Qasam, menikah dengan Ummu Muhammad, Wafat di Tarim Yaman 529 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, menikah dengan Ummu Banin, wafat di Marbath, Wafat di Oman Tahun 556 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammu Al-Faqih, menikah dengan Ummu Abdul Malik, wafat di Yaman 613 H, memiliki anak, yaitu: Al-Imam Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, menikah dengan Ummu Abdullah Binti Raja Naserabad (Nashr Abad), Penguasa Daratan India Lama.

TEMPAT DAN TAHUN KELAHIRANNYA

Al-Imam Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut, sekitar tahun 574 Hijriah. Beliau juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakek beliau, Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, digelari seperti itu karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut (Yaman) untuk berdakwah.

ORANGTUA AL-IMAM AL-MUHAJIR AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN

Ayah dari Al-Imam Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih bin Al-Imam As-Sayyid Muhammad lahir di Tarim. Beliau adalah seorang ulama besar, pemimpin kaum Arifin, hafal al-Qur’an, selalu menjaga lidahnya dari kata-kata yang tidak bermanfaat, dermawan, cinta kepada fakir miskin dan memuliakannya, serta banyak senyum. Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih bin Al-Imam As-Sayyid Muhammad dididik oleh ayahnya dan belajar kepada beberapa Ulama, di antaranya Syaikh As-Sayyid Salim Bafadhal, As-Sayyid Salim Bin Basri, Syaikh As-Sayyid Ali Bin Ibrahim al-Khatib. Beliau wafat pada hari Senin, Bulan Zulqaidah, Tahun 613 hijriyah, di Tarim (Yaman) dan dimakamkan di Makam Zanbal.

Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih Bin Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, memiliki empat orang anak, yaitu:
1. Abdullah (keturunannya terputus);
2. Ahmad (anaknya Fathimah ibu dari Ali dan Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam);
3. Abdul Malik Azmatkhan keturunannya menyebar di India dan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Asia tenggara yang dikenal dengan nama Azmatkhan (leluhur Wali Songo);
4. Abdurahman, keturunannya diantaranya fam al-Bahasyim, al-Bin Semith, al-Bin Thahir, al-Ba’bud Maghfun, al-Bafaraj, al-Haddad, al-Basuroh, al-Bafaqih, al-Aidid, al-Baiti Auhaj.

ISTRI AL-IMAM AL-AMIR AL-MUHAJIR AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN

Istri dari Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah Putri Raja Kesultanan Islam Naserabad (Nashr Abad) India Lama, yang bernama Ummu Abdillah.

ANAK-ANAK DARI AL-IMAM AL-AMIR AL-MUHAJIR AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN

Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan memiliki 4 anak, 2 laki-laki, dan 2 Perempuan:
1. Al-Amir As-Sayyid Abdullah Azmatkhan (Leluhur Walisongo Nusantara);
2. As-Sayyid Alwi Azmatkhan (Leluhur Azmatkhan India);
3. Syarifah Zainab Azmatkhan (nasabnya terputus);
4. Syarifah Fathimah Azmatkhan (nasabnya terputus).

GELAR – GELAR AL-IMAM AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN
Menurut As-Sayyid Bahruddin Al-Husaini, menjelaskan bahwa gelar yang disandang oleh As-Sayyid Abdul Malik azmatkhan adalah:
1. Al-Malik Lil Muslimiin = Raja Bagi Kaum Muslimin;
2. Al-Malik Min ‘Alawiyyiin = Raja dari Kalangan Keturunan Al-Imam As-Sayyid Ali Bin Abi Thalib;
3. Al-Khalifah Lil Mukminiin = Khalifah bagi Kaum Mukmin;
4. Al-Mursyid = Mursyid bagi beberapa tarekat;
5. An-Naaqib = Pakar dalam Ilmu Nasab;
6. Al-Muhaddits = Menghafal Ribuan Hadits;
7. Al-Musnid = Memiliki sanad keilmuan dari berbagai ulama’ dan guru;
8. Al-Qutub = Wali Qutub pada masanya
9. Al-Wali = Seorang Waliyullah;
10. Abu Al-Muluuk = Ayah dan Datuk bagi para Raja;
11. Abu Al-Awliyaa’ = Ayah dan Datuk bagi para Wali Songo;
12. Abu Al-Mursyidiin = Ayah dan Datuk bagi para Mursyid;
13. Syaikhul Islam = Guru Besar Islam;
14. Imamul Mujaahidiin = Imam Mujtahid;
15. Al-Faqiihul Aqdam = Ahli Fiqih Yang paling utama;
16. Al-Mujahid Fii Sabiilillah = Pejuang di Jalan Allah;
17. Al-Hafiizhul Qur’an = Penghafal Qur’an;
18. Shohibul Karomah = Raja dan Wali Allah yang memiliki Karomah;
19. Amirul Mukminin = Pemimpin Pemerintahan Islam.

(Sumber Data: Kitab Ansabi Wali Songo, karya As-Sayyid Al-Habib Bahruddin Azmatkhan)

Asyraf Azmatkhan Ahlulbayt Internasional
SEJARAH FAM AZMATKHAN DAN PERJALANAN HIJRAH AL-IMAM AL-AMIR AL-MUHAJIR AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN

Sejarah Azmatkhan telah banyak ditorehkan dalam tulisan oleh beberapa sejarawan Islam Nusantara dan juga beberapa ahli nasab yang konsen akan perkembangan nasab di Nusantara ini.

Dari mana awal Azmatkhan ini?. Seperti tradisi pada Bangsa Arab dan juga di beberapa negara lainnya termasuk Indonesia, sangat memperhatikan nama panggilan (Kuniyah) ataupun gelar (Laqob) selalu saja ada latar belakangnya. Kuniyah sendiri adalah salah satu karakteristik memanggil seseorang melalui ayahnya ibunya atau anaknya seperti menggunakan nama-nama ayah atau leluhur terkait dengan nama seseorang. Sedangkan untuk gelar (Laqob) sering berkaitan dengan sebuah keistimewaan yang terdapat pada orang tersebut, baik itu berhubungan dengan karakter, jabatan, keilmuan adat-istiadat, keahlian dan lain sebagainya.

Pada masa-masa awal berkembangnya keturunan (Ahlul Bayt) Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, khususnya keturunan Al-Imam Sayyidina Husein kebanyakan nama-nama yang muncul sebelum menjadi marga. Nama-nama panggilan (Kuniyah) atau gelar (Laqob) masih terbatas pada pemilik nama tersebut.

Seperti misalnya Al-Imam Ali As-Sajjad, Imam Muhammad Al-Baqir, Al-Imam Jakfar Shodiq, Al-Imam Musa Al-Kadzim, Imam Al-‘Uraidhi, Al-Imam Ahmad Al-Muhajir dan lain-lain. Semua nama tersebut ini merupakan nama panggilan atau gelar mereka kebanyakan ke bawahnya tidak menjadi marga.

Marga sendiri berfungsi sebagai identitas khusus yang dimiliki oleh setiap masing-masing keturunan dalam jumlah cukup besar. Di beberapa negara sebuah marga jumlah pemakaiannya ribuan dan itu terdapat pada masing-masing rumpun keluarga.

Untuk Imam Musa Al-Kadzim sendiri, sepengetahuan kami nama beliaulah di kemudian hari dijadikan marga, keturunan beliau banyak di Iran dan Irak dengan marga Al-Musawi. Sedangkan, nama-nama lain terutama nama panggilan jarang menjadi marga.

Adanya nama panggilan atau gelar kemudian hari menjadi marga terutama berhubungan dengan keturunan Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir justru terjadi setelah era cucunya yaitu Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Al-Mubtakir Bin Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah Shohibul ‘Aradh.

Al-Imam Ahmad Al-Muhajir adalah pelopor pertama dari Ahlul Bayt yang hijrah dari Basrah (Iraq) menuju Hadramaut (Yaman). Beliau hijrah dari Basrah (Iraq) guna menghindari banyaknya fitnah yang terjadi pada masa itu, baik dari segi kekuasaan maupun akidah. Dari Basrah (Iraq) kemudian beliau hijrah dan menetap di Hadramaut (Yaman) hingga akhir hayatnya.

Di Hadramaut ini beliau mempunyai anak bernama Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah/Abdullah yang kemudian mempunyai anak bernama Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Al-Mubtakir. Di era Imam ‘Alawi Al-Mubtakir inilah terutama para keturunannya julukan ataupun gelar banyak yang dijadikan marga.

Keturunan Imam ‘Alawi Al-Akhir (Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih) atau ‘Alawi Al-Awwal (Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Al-Mubtakir) ini di kemudian hari menjadi sebuah keluarga besar menyebar ke seantero Hadramaut (Yaman) dan ke beberapa penjuru dunia. Mereka disebut “Bani ‘Alawi ” atau keluarga besar “Alawiyyin” (berasal dari nama Imam ‘Alawi Al-Mubtakir). Dari Bani ‘Alawi (Ba’Alawi) ini Kemudian pada masing-masing keluarga tertentu mempunyai nama gelar atau julukan kemudian hari menjadi marga seperti Al-Azmatkhan, Assegaf, Al-Attas, Al-Habsyi, Al-Idrus, Al-Bar, Al-Kaff, Al-Muhdor, Al-Aidid, Al-Haddad, Baharun, Ba’agil, Basyaiban, Bafaqih, Baraqbah, Bin Yahya, Bin Semith/Bin Sumaith, Jamalulail, Bin Syekh Abu Bakar, Bin Jindan, Al-Hamid, Ba’abud, Al-Qadri, Al-Jufri, Al-Hadar dan masih banyak marga lainnya.

Nah bagaimana dengan nama Fam Azmatkhan itu sendiri?. Dalam sejarah keturunan Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, khususnya keluarga besar ‘Alawiyyin yang ada di Hadramaut (Yaman), nama Azmatkhan sebenarnya telah masuk sebagai salah satu cabang keturunan dari Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi Al-Mubtakir Bin Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah Sohibul Aradh Bin Imam Ahmad Al-Muhajir Al-Husaini itu tercatat di beberapa kitab rujukan nasab digunakan oleh beberapa lembaga nasab di Nusantara ini seperti kitab Syamsu Adz-Dzahira dan Khidmatul Asyirah.

Disandingkan dengan nama-nama marga dipakai oleh keluarga besar ‘Alawiyyin ada di Hadramaut (Yaman) atau mereka berada di negara lain nama Azmatkhan memang memiliki perbedaan dan karakter cukup khas dan unik ini disebabkan karena marga Azmatkhan tidak muncul di Hadramaut (Yaman) Pada masa itu.

Nama Fam Azmatkhan justru muncul di negeri India, bagi mereka tidak mempelajari sejarah Islam di India secara mendalam akan menyangka jika di India akar keislamannya tidak ada hubungan dengan keluarga besar ‘Alawiyyin, padahal kenyataannya peran serta keluarga besar ‘Alawiyyin dalam menyebarkan agama Islam di India sangatlah besar termasuk keluarga Azmatkhan.

Mengenai hal tersebut As-Sayyid (Al-Habib) Alwi Bin Thohir Al-Haddad (2001:164) mencatat jika keluarga besar berkaitan dengan Azmatkhan ini semula berada di Hadramaut (Yaman) menjadi terputus dari tanah airnya, sehingga di Hadramaut (Yaman) tidak terdapat lagi keluarganya termasuk juga keluarga besar Al-Qadri, Bafaraj, Khaneman. Oleh karena itu sangatlah wajar jika sampai ini, masih banyak keluarga besar ‘Alawiyyin merasa asing dengan nama Azmatkhan.

Pada sekitar tahun 569-575 Hijiriah wilayah Hadramaut (Yaman) pernah mengalami berbagai politik dan kekuasaan. Pada masa itu suasana sangat mencekam apalagi setelah ditaklukannya Kota Tarim (Yaman) oleh pasukan Turansyah Al-Ayyubi.

Pasukan Turansyah dipimpin oleh Utsman Bin Ali Al-Zanjiliat Tikriti yang haus akan darah serta telah banyak membunuh para ‘Ulama dan Fuqaha di Kota Tarim (Yaman). Salah satu tokoh diincar untuk dibunuh adalah Al-Imam As-Sayyid ‘Ammu Al-Faqih Bin Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shohib Mirbath.

Siapa Imam Al-Imam As-Sayyid ‘Ammu Al-Faqih Bin Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shohib Mirbath ini?. Beliau adalah salah satu Ulama besar di Tarim (Yaman) pada masa itu, seorang yang alim kaya dan dermawan. Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammu Al-Faqih adalah paman Al-Faqih Muqoddam atau Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath. Al-Faqih Muqoddam merupakan salah satu Imam di kalangan ‘Alawiyyin serta namanya sering disebut-sebut hingga kini oleh keturunannya.

Di antara 4 orang anak ini anak pertama bernama Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan telah melakukan hijrah ke negeri India Imam Abdul Malik ini melakukan hijrah setelah melihat bencana dan kedzaliman menghawatirkan dilakukan penguasa saat itu. Hadramaut (Yaman) terutama Kota Tarim dirasa pada masa itu kurang menguntungkan untuk keluarga besar Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Oleh karenanya, demi untuk menyelamatkan aqidah dan juga keluarga besarnya, maka beliau memutuskan untuk hijrah ke negeri India.

Hijrahnya Beliau ke Negeri India ini sangat jelas mengikuti jejak dan langkah dari Imam Ahmad Al-Muhajir sehingga sangat layak jika Imam Abdul Malik disebut Al-Muhajir Tsani (Al-Muhajir 2). Dalam tulisan Fairuz Khoirul Anam (2010:132), Imam Abdul Malik dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena ia hijrah dari Hadramaut ke India untuk berdakwah sebagaimana kakeknya Al-Imam Ahmad bin Isa yang juga digelari Al-Muhajir karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadramaut untuk berdakwah.

Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan hijrah ke satu tempat yang Islamnya pada itu masih belum begitu besar sama seperti Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir ketika hijrah ke Hadramaut (Yaman), kondisi umat Islam yang tidak sebaik seperti sekarang ini, dikarenakan pada masa itu masih banyak penganut aqidah-aqidah yang menyimpang dari Islam. Namun berkat pendekatan cerdas dari Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir banyak dari masyarakat berada di Hadramaut (Yaman) tersadarkan dan akhirnya menjadi pengikut Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir.

Menurut KH. Abdulah Bin Nuh (1963:158) Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan lahir di Kota Tarim (Yaman). Beliau adalah orang yang sholeh dan banyak ibadah. Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan tumbuh dalam asuhan ayahnya sehingga ia menjadi seorang ulama besar pada zamannya. Beliau hijrah keluar dari Hadramaut menuju ke Negeri India. Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan hijrah pada awal abad ke-7 Hijiriah.

Pada masa itu negeri India dikuasai oleh Muhammad Bin Dan Al-Ghurri dengan Kesultanan Delhi. Pada masa itu sedang membangun kekuatan Negara Islam cukup disegani.

Setelah Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan hijrah ke Negeri India, maka kemudian langkah ini disusul oleh keluarga besar ‘Alawiyyin lainnya. Tidak heran hingga kini di beberapa daerah India bahkan Pakistan banyak keturunan dari keluarga besar ‘Alawiyyin ini.

Tentang bagaimana profil seorang Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, seorang Mufti (Ulama besar) Hadramaut yaitu As-Sayyid Abu Bakar Al-Adni Bin Ali Masyhur (2011:57) menulis bahwa Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan tinggal di daerah (Bruj) India, riwayat hidupnya bagus dan memiliki keturunan di India.

Hal ini menandakan jika Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan Bin Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih merupakan tokoh dipandang cukup terhormat di kalangan ulama Hadramaut sekali pun kakeknya lebih banyak hidup di India dan wafat di sana. Fairuz Khoirul Anam (2010:131) menambahkan jika keturunan Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan Bin Al-Imam As-Sayyid ‘Alawi ‘Ammul Faqih ini mempunyai pengaruh besar di daratan India dan Asia Tenggara.

Mereka datang dari Hadramaut ke India pada akhir Abad ke-6 Hijriyah. Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bahkan mempunyai hubungan baik dengan kerajaan India, para pembesar dan para ulama di sana. Maka, tidak heran bilamana keluarga besarnya bisa menyebar ke seluruh penjuru India, bahkan keluarga ini mempunyai nilai penting bagi masyarakat (Umat) Muslim di India.

Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan di samping tinggal di Ahmadabad, sejarahnya Beliau juga pernah lama menetap di Nashrabad. Dalam catatan HMH. Al-Hamid Al-Husaini (2010:773), ketika beliau pergi meninggalkan Hadramaut (Yaman) sekitar tahun 574 Hijriyah di India, tepatnya beliau bermukim di Nashrabad.

Di Nashrabad Ia mempunyai beberapa orang anak laki-laki dan perempuan di antaranya Sayyid Abdullah merupakan anak kedua. Saat menetap di Nashrabad inilah muncul nama Azmatkhan dinisbatkan kepada keluarga besar Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan. Memang dari beberapa data telah terjadi perbedaan pandangan dalam menentukan kepada siapakah nama ini sebenarnya disematkan.

Menurut Idrus Alwi Al-Mansyur (dalam Muhammad Bin Ahmad As-Syathiri (2012:155)) bahwa, marga Azmatkhan muncul pada masa Imam Abdullah bin Abdul Malik, bahwa nama Azmatkhan justru muncul setelah terjadinya pernikahan antara Putri Sultan Nashrabat dengan Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan.

Keterangan tentang menikahnya Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan dengan salah satu Putri Bangsawan Kesultanan Nashrabad, India terdapat pada tulisan Yosef Iskandar (1997:270) bahwa, salah satu leluhur Fatahillah (Falatehan atau Maulana Fadhillah Azmatkhan Bin Maulana Mahdar Ibrahim Patakan Bin Sayyid Abdul Ghofur Bin Sayyid Barakat Zainul Alam Bin Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/Syekh Jumadil Kubro Bin Sayyid Ahmad Jalaluddin Azmatkhan Bin Sayyid Abdullah Azmatkhan Bin Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan) Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang menikah dengan Putri Seorang Bangsawan dari Kerajaan India yang kemudian Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik mendapatkan marga Azmatkhan.

Setelah Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan menjadi menantu bangsawan Naserabad, mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan cerita Sayyid Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel) ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu Bangsawan Majapahit. Namun karena Al-Imam Al-Amir Al-Muhajir As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan dari bangsa “Syarif” (mulia) keturunan (Ahlul Bayt) Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka mereka menambah kalimat “Azmat” yang berarti “mulia” (dalam bahasa Urdu India) sehingga menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Azmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang. Sayyid Abdul Malik juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena beliau hijrah dari Hadhramaut ke India untuk berdakwah, sebagaimana kakek beliau, Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir Bin Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, diberi gelar seperti itu karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berdakwah.

Published by achmadnizam_lawyer

Member of Indonesian Advocates Association (Perhimpunan Advokat Indonesia) - Pengurus Bidang Hubungan Masyarakat dan Publikasi DPC PERADI Surabaya. Managing Partners Achmad Nizam & Associates (Advocate & Counsellor at Law) Phone: 087823859065

Leave a comment